1. Anemia Dalam
Kehamilan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah
normal.
Ukuran hemoglobin normal:
a. Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18
gram
b. Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
Tingkat pada anemia :
a. Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia
ringan
b. Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia
sedang.
c. Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia
berat.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuhBaik di negara maju maupun di negara
berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr%, disebut
anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan
hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil;
terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu,
pemeriksaan hematokrot dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin
selama pengawasan antenatal. sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan
atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan
sekali lagi pada triwulan akhir.
a. Penyebab anemia
umumnya adalah:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diet
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang
lalu, haid dan lain-lain.
5. Penyakit-penyakit kronis: tbc, paru, cacing
usus, malaria dan lain-lain.
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/ hipervolumia) karena
itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding
pertambahannya dengan plasma darah.
Perbandingan pertambahan tersebut adalah:
a. Plasma darah bertambah: 30 %
b. Sel-sel darah bertambah: 18 %
c. Hemoglobin bertambah: 19 %
Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu
meringankan kerja jantung.
b. Gejala
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga dan kepala terasa melayang.Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan
stroke atau serangan jantung.
c. Diagnosa
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia.Persentase sel darah merah dalam volume darah total
(hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan
tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).
d. Pengaruh Anemia
terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas:
a) Keguguran
b) Partus prematurus
c) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
d) Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
e) Syok
f) Infeksi intrapartum dan dalam nifas
g) Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4
gr%) terjadi payah jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan
persalinan. Bahkan basa fatal.
e. Pengaruh Anemia
terhadap Hasil Konsepsi
Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam
jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannnya, yaitu
sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh.
Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam
hati, limpa, dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan
bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6
kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia,
pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
a. Kematian mudigah (keguguran)
b. Kematian janin dalam kandungan
c. Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
d. Kematian perinatal tinggi
e. Prematuritas
f. Dapat terjadi cacat bawaan
g. Cadangan besi kurang
2. Hiperemesis
Gravidarum
a. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan
gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba,
2001).Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul
asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)
Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda)
dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa
sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
(Achadiat, 2004)
b. Etiologi
Penyebab hiperemesisi gravidarrum belum diketahui secara pasti, namun
beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain:
a. Faktor Predisposisi, sering terjadi pada
primigravida, mola hidatidosa, kehamilan ganda karena peningkatan kadar HCG
b. Faktor Organik, karena masuknya Vili
khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan matabolik akibat hamil dan
resistensi ibu yang menurun dan alergi merupakan salah satu respon dari
jaringan ibu terhadap anak
c. Faktor psikologik, memegang peranan yang
sangat penting, misalnya rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
d. Faktor endokrin lain, diabetes, hipertiroid
c. Gejala Dan Tingkat
Menurut berat dan ringannya dibagi menjadi 3:
1) Tingkat I : Ringan
Mual muntah terus menerus yang menyebabkan penderita lemah, tidak ada
nafsu makan, berat badan turun, nyeri epigastrium nadi sekitar 100x/mnt,
tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, mata
cekung.
2) Tingkat II : Sedang
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih
parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan
turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi,
dapat pula terjadi asotonuria, dari nafas berbau aseton
3) Tingkat III : Berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi
kecil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tensi turun sekali,
ikterus. Dapat terjadi ensekalopati wernicke.
2. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan
umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit
pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula
memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu
segera diberikan.
3. Patofisiologis
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Faktor psikologis merupakan
faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum
kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
d. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara:
1) Memberikan penerangan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik
2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang –
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3) Menganjurkan mengubah makan sehari – hari
dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan
segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit
dengan dengan teh hangat.
5) makanan yang berminyak dan berbau lemak
sebaiknya dihindarkan
6) Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan
panas atau sangat dingin
7) Defekasi teratur
8) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan
faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
e. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan :
1) Obat – obatan
a)
Sedativa
: phenobarbital
b)
Vitamin
: Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c)
Anti
histamin : Dramamin, avomin
d)
Anti
emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin
e)
Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2) Isolasi
a.
Penderita
disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang
baik
b.
Catat
cairan yang keluar masuk.
c.
Hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti
dan penderita mau makan.
d.
Tidak
diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
3) Terapi psikologik
a.
Perlu
diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b.
Hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan
c.
Kurangi
pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4) Cairan parenteral
a.
Cairan
yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan
fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b.
Dapat
ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
c.
Bila
kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d.
Bila
dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
3. Abortus
a. Definisi
Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam
kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri
kehidupan kandungan dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus
provocatus harus dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang
perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus
yang disengaja” dan “abortus spontan”.
Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama
janin belum viable, belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai
kira-kira 24 minggu atau sampai awal trimester ketiga.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada
tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan),
akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu.
b. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang
menyebabkan kelainan ini adalah:
a.
Kelainan
kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b.
Lingkungan
sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c.
Pengaruh
teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
2) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis
karena hipertensi menahun
a) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus,
anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
b) Kelainan traktus genetalia seperti
inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus
c. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus
desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta
tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil
konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda
kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih
hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
d. Manifetasi Klinis
a)
Terlambat
haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
b)
Pada
pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat.
c)
Perdarahan
pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
d)
Rasa
mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
5) Pemeriksaan
ginekologi :
a.
Inspeksi
vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva
b.
Inspekulo
: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak
jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario
ostium.
c.
Colok
vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi,
tidak menonjol dan tidak nyeri.
6) Pemeriksaan Penunjang
a.
Tes
kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
b.
Pemeriksaan
Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c.
Pemeriksaan
kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Komplikasi
Komplikasi
d.
Perdarahan,
perforasi, syok dan infeksi
e.
Pada
missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
e. Jenis –Jenis
Abortus
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
1) Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi,
serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan
sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam
waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin
dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan
gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut
jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan
janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan
/ tindakan.
Penatalaksanaan
1.
Istirahat
baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
2.
Periksa
denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas.
3.
Tes
kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4.
Berikan
obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600 -1.000 mg
5.
Diet
tinggi protein dan tambahan vitamin C
6.
Bersihkan
vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2) Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus. Ciri :
perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering,
serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
1.
Bila
perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin
2.
Pada
kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
3.
Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose
5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai
terjadi abortus komplit.
4.
Bila
janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
3) Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka,
sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
a.
Bila
disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
b.
Setelah
syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2
mg intramuskular
1. Kehamilan
Ektopik Terganggu ( KET )
Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis,
tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.
Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam
hal ini ialah sebagai berikut:
- Faktor
tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan kongenital tuba,
pembedahan sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba, dan
kehamilan ektopik sebelumnya.
- Kelainan
zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi
- Faktor
ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan pembesaran ovarium
- Penggunaan
hormon eksogen
- Faktor
lain, antara lain: aborsi tuba dan pemakaian IUD
Tanda dan gejala
Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita
maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan. Pada
umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
- Amenorhea
- Nyeri perut
bagian bawah
- Gejala
kehamilan muda
- Level HCG
rendah
- Perdarahan
pervaginam berwarna coklat tua
- Pada
pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang serviks digoyangkan dan kavum
menonjol karena da pembekuan darah.
- Gejala dan
tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarhan banyak tiba-tiba
dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga sukar
membuat diagnosanya, gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan
yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Patofisiologi
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin
janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba
terganggu pada umur kehamilan antara 6-10 minggu.
Diagnosis
- Anamnesis:
riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda kehamilan muda
dapat ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri perut pada kanan /
kiri bawah.
- Pemeriksaan
fisik: KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tanda akut abdomen, saat
pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio.
- Pemeriksaan
penunjang: tes urin B-HCG (+), kuldosintesis (ditemukan darah di kavum
douglasi), USG.
Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi, dalam
tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
- Kondisi
penderita pada saat itu.
- Keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya
- Lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomi organ pelviks
- Kemampuan
teknik bedah mikro, dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi
invitro setempat.
Hasil peryimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti
hanya dilakukan salpingostomi.
Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik
dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba
yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan. Kriteria khusus yang diobati dengan cara ini
adalah:
- Kehamilan
di pars ampularis tuba belum pecah
- Diameter
kantong gestasi ≤ 4 cm
- Perdarahan
dalam rongga perut kurang dari 100 ml
- Tanda vital
baik dan stabil
Penyulit Pada Trimester III Pada Masa Kehamilan
1.
Kehamilan Dengan Hipertensi
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaittu
hiper dan tension. Hiper artinya tekanan yang berlebihan dan tension artinya
tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana
seorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis ( dalam waktu yang
lama ) yang mengakibatkan anggka kesakitan dan anggka kematian. Seorang
dikatakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan
darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. ( Ai Yeyeh Rukiah,
2010 ).
A. Hipertensi Esensial
Hiperensi Esensial adalah wanita yang telah
menderita hipertensi sebelum hamil, yang mungkin disebabkan oleh faktor
herediter serta dipengaruhi leh fakttor emosi dan lingkungan. Wanita hamil
dengan hipertensi tidak menunjukan gejala- gejala lain kecuali hipertnsi, yang
paling banyak di jumpai adalah hipertensi jinak dengan TD 140/90- 160/100 mmHg.
( Mochtar, 1998 ).
Hipertenti Esesial dijumpai pada 1-3% dari seluruh
kehamilan. hipertensi ini lebih sering dijumpai pada multipara berusia lanjut
kira-kira 20 % dari kasus toksema gravidarum. ( Mochtar, 1998 ).
Penanganan
Dalam Kehamilan
§
Dianjurkan mentaati
pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsultasi pada ahli.
§
Dianjurkan cukup
istirahat, menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu karas.
§
Penambahan berat
badan yang agresif harus di cegah, dianjurkan untuk diet tinggi protein, rendah
hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam.
§
Pengawasan terhadap
janin harus lebih di teliti, disamping pemeriksaan biasa, dapat dilakukan
pemeriksaan monitor janin dan lainnya seperti USG dll.
Pemberian
obat- obatan
·
Anti hipertensif :
serpasil, ketopras, minipres, dsb
·
Obat penenang :
fenobarbital, volum, firisiumativan dsb
Dalam
Persalinan
§
Kala I akan
berlangsung tnpa gangguan
§
Kala II memerlukan
pengwasan yang cermat dan teliti, bila ada tanda- tanda penyakit bertambah
berat dan pembukaan hampir atau sudah lengkap, ibu di larang mengedan, kala II
diperpendek dengan melakukan ekstrasi vacum atau forsep.
§
Pada primitua dengan
anak hidup dilakukan segera sektio saesaria.
·
Prognosis
B.
Hipertensi Karena Kehamilan
Hipertensi karena kehamilan yaitu tekanan darah yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri,
memiliki potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan ( Sanford, MD
2006 )
Etiologi
Keturunan atau genetik, obesitas, stress, rokok, pola
makanan, wanita yang mengandung bayi kembar, ketidaksesuaian RH, sakit ginjal,
hiper/ hipo tyroid, gangguan kelenjar adrenal, gangguan kelenjar paratyroid (
Ai Yeyeh, 2010 )
Manifestasi
Klinis
Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami
pada kehamilan harus di waspadai bila ibu mengeluh : nyeri kepala yang hebat,
kadang- kadang disertai mual muntah akibat peningkatan tekanan intra kranium,
pengelihatan kabur, ayunan langkah yang tidak mantap, oedema dependen dan
pembengkakan. ( Ai yeyeh, 2010 )
Klasifikasi
Kehamilan yang menyebabkan hipertensi atau hipertensi
yang timbul sebagai akibat kehamilan yang akan menghilang pada masa nifas
seperti : hipertensi tanpa proteinuria atau oedema, preeklamsia ringan dan
preeklamsia berat, Eklamsia, hipertensi kronis kehamilan yang memperburuk
hipertensi sementara. ( Ai yeyeh, 2010 )
Pencegahan
Terhadap Hipertensi
Pencegahan kejadian hipertensi secara
umum agar menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubh ke
arah gaya hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, mengatur diet / pola makan
sehat, seperti : rendah garam, rendah lemak, rendah kolesterol, meningkatkan
konsumsi buah dan sayuran, tidak megkonsumsi alkohol atau rokok, perbanyak
makan mentimun, belimbing dan juga juice apel. ( Ai yeyeh, 2010 ).
Pengobatan
Penyakit Hipertensi
Jika seorang dicurigai Hipertensi maka dilakukan
bebrapa pemeriksaan yatu : wawancara ( anamnese ) adakah dalam keluarga yang
menderita hipertensi. Dilakuakn pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
pengobatan nonfarmakologik, mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (
indeks masa tubuh ) membatasi alkohol dan menghentikan rokok serta mengurangi
makanan berkolesterol atau lemak jenuh, menghentikan konsumsi kopi yang
berlebihan, berolahraga ringan, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan
kalsium, dan magnesium adekuat perbanyak unsur kalium, tidak banayk pikiran dan
istirahat yang cukup. ( Ai yeyeh, 2010 ).
A.
Pre Eklamsia
Pengertian
Pre-Eklamsi Adalah Penyakit dengan tanda-tanda
Hipertensi, Oedema, dan Proteinuria yang timbul karena kehamila. Penyakit ini
biasanya timbul pada Triwulan ke-3 kehamilan tetapi dapat timbul sebelumnya,
misalnya pada Mola Hidatosa.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada
tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosa Pre-Eklamsi kenaikan tekanan
Sistolik harus 30 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan Diagnostik lebih dapat
dipercaya apabila tekanan Diastolik meningkat 15 mmHg atau lebih atau menjadi
90 mmHg atau lebih. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 2x dengan jarak
waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Patofisiologi
Pre-Eklamsi
terjadi pada spasme pembuluh darah yang disertai dengan Retensi Garam dan
air. Pada Biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola Glomerolus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriole sedemikian sempitnya sehingga nyata dilalui
oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh
mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi.
Tanda Dan Gejala
Tanda-tanda
Pre-Eklamsi biasanya timbul dalam urutan pertambahan berat badan yang
berlebihan, di ikuti oedema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada
Pre-Eklamsi ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif, pada Pre-Eklamsi
ditemukan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diploma, penglihatan kabur,
nyeri di daerah epigastrum, mual dan muntah-muntah.
Gejala-gejala
ini sering di temukan pada Pre-Eklamsi yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa Eklamsi akan timbul.
Klasifikasi Pre Eklamsia
Klasifikasi pre eklamsia dibagi menjadi 2
golongan :
a. Preeklamsia
ringan
·
Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih (diukur pada posisi berbaring terlentang) atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada
2x pemeriksaan dengan jarak
·
Proteinuria 0,3 gr/lt atau 1+ atau 2+
·
Edema pada kaki, jari, muka dan berat badan naik >1
kg/mg
b. Preeklamsia
berat
·
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
·
Proteinuria, 5 gr/lt atau lebih
·
Oliguria (jumlah urine < 500 cc per 2 jam
·
Terdapat edema paru dan sianosis
·
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa
nyeri di epigastrium
Etiologi
Penyebab
preeklamsia secara pasti belum di ketahui, namun pre eklamsia sering terjadi
pada :
·
Primigravida
·
Tuanya kehamilan
·
Kehamilan ganda
Prinsip pencegahan preeklamsia :
·
Pencegahan/ANC yang baik: ukuran tekanan darah,
timbangan berat badan, ukur kadar proteinuria tiap minggu
·
Diagnosa dini/tepat: diet, kalau perlu pengakhiran
kehamilan
Penanganan
1. Penanganan
Pre-Eklamsi Ringan:
a. Rawat
Jalan
a. Banyak istirahat ( berbaring
tidur miring)
b. Diet: cukup protein, rendah
kaebohidrat, lemak, dan garam
c. Sedative ringan (jika tidak
bisa istirahat ) tablet Febobarbital 3x30 mg peroral selama 2 hari
d. Roboransia
e. Kunjungan ulang tiap 1 mg
b. Jika
dirawat di Puskesmas atau Rumah Sakit:
1) Pada
Kehamilan Preterm (kurang dari 37 minggu)
a. Jika Tekanan Darah mencapai
normotensif selama perawatan persalinan ditunggu sampai aterm
b. Bila Tekanan Darah turun
tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat
diakhiri pada kehamilan lebih dari 37 minggu
2. Pada Kehamilan Aterm
(lebih dari 37 minggu)
Persalinan
ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
c. Cara
Persalinan
Persalinan
dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kal II dengan bantuan bedah
obstetri.
2. Penanganan
Pre-Eklamsi Berat di Rumah Sakit
Penanganan Aktif:
a. Indikasi
Indikasi
perawatan aktif ialah bila di dapatkan satu atau lebih keadaan ini pada ibu:
1) Kehamilan
lebih dari 37 minggu
2) Adanya
tanda-tanda impending
3) Kegagalan
terapi pada perawatan konservatif
Pada
Janin :
1) Adanya
Tanda-tanda Fetaldistres
2) Adanya
Tanda-tanda IUFD
c. Eklamsia
Definisi
Eklampsi
merupakan serangan konvulsi yang biasa terjadi pada kehamilan, tetapi tidak
selalu komplikasi dari pre eklampsi.Konvulsi dapat terjadi sebelum, selama, dan
sesudah persalinan. Jika ANC dan Inc mempunyai standar yang tinggi, konvulsi
postpartum akan lebih sering terhindar. Ini terjadi lebih dari 48-72 jam
setelahnya. Monitor tekanan darah dan urin untuk proteinuria harus dilakukan
dan dilanjutkan selama periode postpartum.
Etiologi
Dalam
eklampsi berat terdapat hipoksia serebral yang disebabkan karena spasme kuat
dan oedem. Hipoksia serebral menunjukkan kenaikan dysrhytmia
serebral dan ini mungkin terjadi karena konvulsi.
Bahaya-Bahaya
Eklampsi
·
Bagi ibu
Perbedaan
konvulsi dan kelelahan, jika frekuensi berulang hati gagal berkembang. Jika
kenaikan hipertensi banyak, pada ibu dapat terjadi cerebral hemorrhage. Pasien
dengan oedem dan oliguria perkembangan paru-paru dapat bengkak atau gagal
ginjal. Inhalasi darah atau mucus dapat menunjukkan asfiksia atau
pneumonia. Dapat terjadi kegagalan hepar. Dari komplikasi-komplikasi
ini dapat terjadi kefatalan. Angka kematian ibu dari eklampsi di UK
pada tahun 1991-1993 adalah 11. Dalam lebih dari setengah terdapat kematian ibu
dan hanya satu atau dua yang selamat.
·
Bagi janin
Dalam
eklampsi antenatal janin dapat terpengaruh dengan ketidakutuhan
plasenta. Ini menunjukkan retardasi pertumbuhan intrauterine dan
hipoksia. Selama sehat ketika ibu berhenti bernafas supply oksigen
ke janin terganggu, selanjutnya berkurang. Angka kematian perinatal
sebanyak 15%. Konvulsi intrapartum sangat berbahaya untuk janin
karena kenaikan hipoksia intra uterin yang disebabkan karena kontraksi uterus.
Komplikasi
yang terberat ialah kematian ibu dan janin:
a. Solusio plasenta
b. Hipofibrinogen
c. Hemolisis
d. Perdarahan otak
e. Kelainan mata
f. Edema paru-paru
g. Nekrosis hati
h. Kelainan ginjal
i.
Prematuritas
j.
Komplikasi lain (lidah tergigit, trauma, dan fraktur
karena jatuh dan DIC)
Gejala
Dan Tanda
Pada
umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre-eklamsi dengan
gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri
epigastrium, dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak segera diobati, akan
timbul kejangan, konvulsi eklamsi dibagi 4 tingkat yaitu :
1. Tingkat
awal atau aura
Keadaan
ini berlangsung kira-kira 30 menit. Mata penderita terbuka tanpa melihat,
kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan dan
ke kiri.
2. Tingkat
kejangan tonik
Berlangsung
lebih 30 menit, dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan
kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhent, muka
menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
3. Tingkat
kejangan klonik
Berlangsung
1-2 menit, spasmus tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang
dalam tempo yang cepat, mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit
lagi, bola mata menonjol, dari mulut keluar ludah yang berbusa aka menunjukan
kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar, kejadian kronik ini a
demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya.
Akhirnya kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
4. Tingkat
koma
Lamanya
koma tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi,
akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang
berulang, sehingga ia tetap dalam koma.
Penatalaksanaan
Eklamsi
Jika pre
eklampsi diketahui lebih awal dan ditangani lebih cepat, eklampsiakan lebih
sulit terjadi. Sangat jarang dimulai dan proses cepat terjadi eklampsi diantara
pemeriksaan antenatal yang biasa dan sering. Jika wanita berada di luar rumah
sakit saat terjadi konvulsi, paramedis harus segera dipanggil untuk memberikan
pertolongan pertama sebelum dibawa ke rumah sakit.
Penatalaksanaan
selama konvulsi antara lain:
1. Memelihara
kebersihan jalan nafas
2. Melindungi
wanita dari luka-luka
Ibu harus
miring ke satu sisi dan pergerakkan konvulsinya dapat ditekan dari semua ini
harus dilakukan sepelan mungkin dan tidak tergesa-gesa. Mulut dibersihkan dari
mucus dan darah dengan suction. Oksigen diberikan untuk kepentingan keduanya
ibu dan janin. Untuk pertolongan awal bantuan medis harus dipanggil.
Penatalaksanaan
Selanjutnya :
Prinsip-prinsip pelaksanaan:
1. Mengontrol
konvulsi
Ini
sangat penting untuk mengontrol konvulsi, terlebih lagi konvulsi pada wanita
memiliki resiko tinggi untuk hidupnya dan janinnya. Obat diberikan dengan
segera untuk mengurangi rangsangan sistem saraf. Obat yang dipilih untuk
pengobatan eklampsi adalah Magnesium Sulfat (Neilsen 1995;Lucas 1995)
a. Magnesium
Sulfat
Antikonvulsi yang
efektif dan bereaksi cepat. Wanita yang menerima Magnesium Sulfat
memiliki resiko 52% lebih rendah dari konvulsi dibandingkan diberi diazepam,
dan 67% resiko lebih rendah dibandingkan dengan phenytoin. Injeksi intravena
4-5 gr dalam 20% pemberian, diikuti dengan infus 1-2 gr/jam.
b. Injeksi
intravena diazepam 10-40 mg diikuti dengan infus 20-80 mg dalam 500 ml dari 5%
dextrose dengan rata-rata 30 tetes/menit.
2. Mengontrol
tekanan darah
Tekanan
darah dikontrol oleh sedatif dan menggunakan obat anti hipertensi seperti hydralazine,
hydrochloride (apresoline) 20 mg dengan injeksi intravena diikuti oleh 20-40 mg
sebagai injeksi intravena, laju teratur menurut aliran darah.
Pengobatan
diuretic diindikasikan ketika urin yang keluar kurang dari 20 ml/jam.
Antibiotik mungkin untuk mencegah infeksi paru-paru.
Tes
biokimia untuk mengetahui fungsi ginjal, trombositopenia, enzim dalam hati
dapat dimonitor dengan memberi informasi tentang:
1. Penanganan
a. Rujukan
1) Kriteria
rujukan
Eklamsi
harus ditangani di Rumah Sakit, jika semua kasus eklamsi harus segera di rujuk.
1. Proses
rujukan
·
Jelaskan bahaya / komplikasi eklamsi kepada kelurga
pasien.
·
Rujuk pasien ke RS di sertai perawat yang mengantar
dan surat rujukan
·
Sebelum merujuk dapat diberikan pengobatan awal sesuai
dengan diagnosis kasus,
baik
untuk mengatasi kejang ataupun untuk memberi obat anti hipertensi.
·
Pasang infus dengan cairan dekstrose 5% dengan
kecepatan 20 tetes / menit.
·
Pasang kateter urine yang dipertahankan dan kantong
urine.
·
Pasang goedel atau sudip yang dilapisi kain kasa untuk
melindungi gigi tergigit lidah.
·
Keempat ekstrimitas di ikat tidak terlalu ketat agar
pasien tidak terjatuh.
b. Penanganan
eklampsi di RS
1) Penanganan
medisinal
a) Obat
anti kejang MgSo4
·
Loading dose
§
4 g MgSO4 40% dalam larutan 10 cc intravena selama 4
menit
§
disusul 8 g IM MgSO4 40 % dalam laritan 25 nn
diberikan pada bokong kiri dan kanan masing-masing 4 gram.
·
Maintenance dose
§
Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram IM MgSO4
·
Dosis tambahan
§
Bila timbul kenjeng-kejang lagi maka dapat diberikan
MgSO4 2 gram IV selama 2 menit.
§
Sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir
§
Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali saja.
Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka berikan amobarita
3-5 m/kg BB IV pelan-pelan.,
·
Monitoring tanda-tanda mkeracunan MgSO4
b) Obat-obat supportif
Lihat pengobatan supporti
pre-Eklamsi berat
c) Perawatan
pada serangan kejang
·
Di rawat di kemar isolasi yang cukup tenang (bukan
kamar gelap)
·
Masukan sudip lidah ke dalam mulut penderita.
·
Kepala direndahkan: daerah asofaring di hisap
·
Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor
guna menghindari fraktur
d) Perawatan
penderita dengan koma
·
Monitoring kesadaran dan lamanya koma memakai
glassglow –Pittsburgh-coma scale.
·
Pada perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan
dekubitus dan makanan penderita
·
Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin cukup
diberikan alat bentuk NGT (Naso Gastric Tube.
c. Penanganan
Obstetric
1) Sikap
terhadap kehamilan
Sikap dasar :Semua kehamilam
dengan pre-eklamsi harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2) Bilamana
diakhiri
Sikap dasar :
Bila sudah terjadi stabilisasi
(permulian) hemodinamika dan metabolise ibu yaitu 4-8 jam setelah salah satu
atau lebih di bawah ini:
o
Setelah pemberian obat anti kejang terakhir
o
Setelah kejang terakhir
o
Setelah pemberian obat-obat antihiertensi terakhir
o
Penderita mulai sadar (resp[onsive dan orientasi)
B.Komplikasi
dan Penyulit pada Masa Persalinan
Komplikasi
pada Kala 1 dan Kala 2
1.
Distosia Karena Kelainan Presentasi
Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala
janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.
Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex.
Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus
lama/partus macet.
A.PRESENTASI PUNCAK KEPALA
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir
kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga
kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga preesentasi sinput
terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan
bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala yang melalui
jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang
berada di bawah simfisis adalah glabella.
Etiologi
:
1. Kelainan panggul
2. Kepala berbentuk bulat
3. Anak kecil/mati
4. Kerusakan dasar panggul
Penanganan:
• Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan
• Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah VVB
• Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan
• Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah VVB
Komplikasi
Ibu :Robekan jalan lahir yang lebih luas
Ibu :Robekan jalan lahir yang lebih luas
Anak:Karena partus lama dan molase hebat sehingga
mortalitas anak agak tinggi
Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan sama dengan POPP, perbedaannya :
pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal,
sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia
frontooksipitalis dengan titik perputaran yang berada dibawah simpisis adalah
glabella.
B.
PRESENTASI DAHI
Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring
pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah
arkus pubis, kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati
perinerum lalu terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala.
Etiologi :
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang kepala.
Etiologi :
1. Panggul sempit
2. Janin besar
3. Multiparitas
4. Kelainan janin
5. Kematian janin intra uterin
Diagnosis:
1. Pemeriksaan luar seperti pada presentasi muka , tapi bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol.
2. DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil janin.
3. Pada persalinan : kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila pada persalinan sebelumnya normal.
1. Pemeriksaan luar seperti pada presentasi muka , tapi bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol.
2. DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil janin.
3. Pada persalinan : kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila pada persalinan sebelumnya normal.
4.
Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu teraba UUB dan ujung lain
teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita., mulut dan dagu tidak teraba.
Penanganan
lengkap®Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam, jadi lakukan SC (janin hidup). Janin mati pembukaan belum SC, pembukaan lengkap Kraniotomi.
Penanganan
lengkap®Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan pervaginam, jadi lakukan SC (janin hidup). Janin mati pembukaan belum SC, pembukaan lengkap Kraniotomi.
Komplikasi
Ibu :Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri
Anak : Mortalitas janin tinggi
Ibu :Partus lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri
Anak : Mortalitas janin tinggi
Mekanisme Persalinan
Kepala
masuk melalui PAPdengan sirkumferensia maksilo-parietalis dan dengan sutura
frontalis melintang / miring.Setelah terjadi moulage dan ukuran terbesar kepala
telah melalui PAP ,dagu memutar ke depan. Setelah dagu didepan dengan fosa
kanina sebagai hipomoklion terjadi fleksi sehingga UUB,dan belakang kepala
melewati perineum.Kemudian terjadi dfleksi sehingga mulut dan dagu lahir
dibawah simpisis. Yang ,menghalangi presentasi dahi untuk menjadi presentasi
muka , biasanya terjadi karena moulage dan kaput sucsedaneum yang besar pada
dahi waktu kepala memasuki panggul, sehingga sulit terjadi penambahan defleksi
.
B.
PRESENTASI MUKA
Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari
kepala janin. Yang teraba muka bayi =
mulut, hidung, dan pipi.Presentasi ini disebut Primer bila terjadi sejak
kehamilan, sekunder bila terjadi pada proses persalinan.
Diagnosis
:
1. Tubuh janin dalam keadaan fleksi, sehingga pada
pemeriksaan luar dada akan teraba punggung
2.
bagian kepala
menonjol yaitu belakang kepala berada di sebelah yang berlawanan dengan letak
dada.
3.
Didaerah itu juga
dapat diraba bagian-bagian kecil janin dan DJJ lebih jelas.
4.
Periksa dalam meraba
dagu, mulut, hidung, pinggir orbita.
5. Janin ansefalus dan tumor di leher bagian depan
Etiologi
1. Panggul sempit
1. Panggul sempit
2.Janin besar
3. Kematian intrauterine
4.Multiparitas
5. Perut gantung
Penanganan
Dagu anterior
Dagu anterior
a. Bila pembukaan lengkap
• Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
• Bila kemajuan persalinan lambat lakukan disitoksin
drip
• Bila kurang lancar, lakukan forseps
b. Bila pembukaan belum lengkap Tidak didapatkan tanda
obtuksi, lakukan oksitosin drip. Lakukan evaluasi persalinan sama dengan
persalinan verteks
c. Dagu Posterior
• Bila pembukaan lengkap maka SC
• Bila pembukaan maka lengkap, lakukan penilaian
penurunan rotasi, dan kemajuan persalinan, jika macet maka SC
• Jika janin mati maka Kraniotomi
Mekanisme
Persalinan
Kepala turun melalui PAPdengan
sirkumferensiatrakelo-parietalis dan dengan dagu melintang / miring.Setelah
muka mencapai dasar panggul terjadi PPD, sehingga dagu memutar kedepan dan
berada di bawah arkus pubis.Dengan daerah submentum sebagai hipomoklion kepala
lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi, UUB, belakang kepala melewati
perineum.Setelah kepala lahir terjadi PPL dan badan janin lahir seperti pada
presentasi kepala.kalau dagu bedara dibelakang pada waktu putaran dalam dagu
harus melewati jarak yang jarak yang lebih jauh supaya dapat berada di depan.
Kadang dagu tidak memutar ke depan dan tetap berada di belakang.Keadaan ini
disebut posisi mento posterior persisten dan janin tidak dapat lahir spontan,
kecuali bila janin mati atau kecil.Hal ini karena kepala sudah berada dalam
fleksi maksimal dan tidak mungkin menambah defleksinya lagi, sehingga kepala
dan bahu terjepit dalam pangguldan persalinan tidak akan maju.
D. PRESENTASI OCCIPITO POSTERIOR
D. PRESENTASI OCCIPITO POSTERIOR
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin
turun melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang/miring, sehingga ubun-ubun
kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan,
kiri belakang/kanan belakang. Dalam keadaan flexi bagian kepala yang pertama
mencapai dasar panggul adalah Occiput. Occiput akan memutar kedepan karena
dasar panggul dan muculus levator aninya mementuk ruangan yang lebih sesuai
dengan occiput.
Keadaan VVK dibelakang dianggap :
• Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari
diameter transversa Ex : panggul antiopoid
• Segmen depan Menyempit Ex : panggul android
• Segmen depan Menyempit Ex : panggul android
• Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multi para
• Kepala janin yang kecil dan bulat
Penanganan
• dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip
• dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip
• Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak
kurang 1/5 atau (0) maka E.V atau forseps
• Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam
• Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam
• Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu
lama/ada tanda-tanda bahaya terhadap janin
• Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari episiotomi
• Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
• Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari episiotomi
• Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
• Bila pesisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2
maka SC
• Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada
tanda obstruksi, beri oksitosin drip
• Bila pembukaan lengkap
• Bila pembukaan lengkap
2.
Distosia Karena Kelainan Posisi Janin
a. LETAK SUNGSANG
Ketika
bokong janin lebih dahulu turun daripada kepala, maka keadaan ini disebut letak
sungsang. Pada kenyataannya sering berubah menjadi letak kepala ketika
mendekati waktu persalinan.
Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang ini termasuk hidramnion, relaksasi uterus pada multipara, kehamilan ganda, oligohidramion, hidrosefalus, anensefalus, riwayat sungsang pada kehamilan sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis.
Frekuensi letak sungsang dapat meningkat pada plasenta previa, tapi hanya sebagian kecil kasus.
Adapun faktor-faktor yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang ini termasuk hidramnion, relaksasi uterus pada multipara, kehamilan ganda, oligohidramion, hidrosefalus, anensefalus, riwayat sungsang pada kehamilan sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis.
Frekuensi letak sungsang dapat meningkat pada plasenta previa, tapi hanya sebagian kecil kasus.
Komplikasi
Pada letak sungsang yang persisten, dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Ø Peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal selama proses persalinan
Ø Berat bayi lahir rendah (BBLR) pada persalinan preterm,
Pada letak sungsang yang persisten, dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Ø Peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal selama proses persalinan
Ø Berat bayi lahir rendah (BBLR) pada persalinan preterm,
Ø Prolapsus tali pusat
Ø Plasenta previa
Ø Kelainan pada janin
Ø Kelainan uterus dan tumor
pelvis
Diagnosis
Ada 4 presentasi yaitu presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.Pada palpasi abdomen dengan menggunakan maneuver Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri. Leopold II ditemukan punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain. Leopold III menunjukkan tidak terjadinyaengagement .
Ada 4 presentasi yaitu presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.Pada palpasi abdomen dengan menggunakan maneuver Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri. Leopold II ditemukan punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain. Leopold III menunjukkan tidak terjadinyaengagement .
Prognosis
Pada letak sungsang ini resikonya sama besarnya bagi ibu dan anaknya dibanding letak kepala. Bagaimanapun tindakan obstetric tidak mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas pada letak sungsang ini.
Pada letak sungsang ini resikonya sama besarnya bagi ibu dan anaknya dibanding letak kepala. Bagaimanapun tindakan obstetric tidak mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas pada letak sungsang ini.
Penatalaksanaan
a.Dalam kehamilan
a.Dalam kehamilan
Bila
ditemui pada primigravida hendaknya diusahakan versi luar yang dilakukan antara
34 dan 38 minggu. Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus
pasti dan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Perlu diingat
kotraindikasi versi luar ialah panggul sempit, perdarahan antepartum,
hipertensi, hamil kembar, dan plasenta previa.
b.Dalam persalinan
b.Dalam persalinan
Untuk
menolong persalinan letak sungsang ini diperlukan ketekunan dan kesabaran.
Pertama-tama tentukan apakah ada kelainan yang mengindikasikan untuk seksio
sesarea.
Apabila tidak ada, dan diperkirakan dapat dilahirkan pervaginam maka hendaknya pengawasan dilakukan secara seksama.
Apabila tidak ada, dan diperkirakan dapat dilahirkan pervaginam maka hendaknya pengawasan dilakukan secara seksama.
B. LETAK
LINTANG
Yaitu keadaan bila sumbu panjang janin hamper tegak
lurus sumbu panjang ibu. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip,
hasilnya adalah letak lintang oblik, yang biasanya terjadi sementara karena
kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal / letak lintang pada
persalinan.
Etiologi
1.Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi
2.Janin premature
1.Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi
2.Janin premature
3.Plasenta previa
4.Uterus abnormal
5.Cairan amnion berlebih
6.Panggul sempit
Diagnosa
ØBiasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan inspeksi saja.
ØPada inspeksi ditemukan abdomen biasannya melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit diatas umbilicus
ØBiasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan inspeksi saja.
ØPada inspeksi ditemukan abdomen biasannya melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit diatas umbilicus
ØBagian bayi tidak ditemukan di
fundus dan balotement kepala teraba pada salah satu fossa iliaka dan bokong di
fossa iliaka yang lain
ØPada vaginal touché : teraba
dada bayi dikenali dengan adanya rasa bergerigi dari tulang rusuk. Bila
dilatasi semakin besar, scapula dan klavikula pada sisi thorax yang lain akan
dapat dibedakan.
Proses persalinan
Kelahiran spontan bayi jelas tidak mungkin. Bila
persalinan berlanjut sampai kontraksi uterus kuat dan terbentuk cincin
kontraksi yang semakin lama semakin meninggi dan semakin nyata maka keadaan ini
disebut letak lintang kasep.
Penatalaksanaan
Secara umum, dimulainya persalinan aktif pada wanita dengan letak lintang sudah merupakan indikasi seksio sesarea. Sebeum persalinan / pada awal persalinan, dengan ketuban yang masih utuh, upaya versi luar layak dicoba. Karena baik kaki maupun kepala bayi tidak menempati segmen bawah rahim, insisi melintang rendah pada uterus mungkin akan menyulitkan ekstraksi bayi.
Secara umum, dimulainya persalinan aktif pada wanita dengan letak lintang sudah merupakan indikasi seksio sesarea. Sebeum persalinan / pada awal persalinan, dengan ketuban yang masih utuh, upaya versi luar layak dicoba. Karena baik kaki maupun kepala bayi tidak menempati segmen bawah rahim, insisi melintang rendah pada uterus mungkin akan menyulitkan ekstraksi bayi.
3.
Distosia Kelainan Tenaga /His
Kelainan his terutama
ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih
banyak ditemukan yang bersifat inersia uteri. Faktor herediter mungkin memegang
peranan yang sangat penting dalam kelainan his. Satu sebab yang penting dalam
kelalinan his, khususnya inersia uteri adalah bagian bawah janin tidak
berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan
letak janin atau pada kelainan CPD.
Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion juga dapat merupakan penyebab inersia uteri
Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion juga dapat merupakan penyebab inersia uteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar